OGANILIR KritisIndonesia.COM,-CABOR (cabang olahraga) Sepak Takraw memang tidak se populer sepakbola, bulu tangkis, volly ball, atau tenis lapangan. Tapi sepak takraw adalah olahraga prestasi yang dipertandingkan dlm setiap gelaran olahraga multi even mulai dari Porprov, PON, Sea Games, Asian Games, hingga Olimpiade. 

Di Bumi Caram Seguguk Tanah Ogan Ilir, olahraga yang akrab dengan sepak dan smash salto ini, berkembang di Pemulutan Raya khususnya di Kecamatan Pemulutan Barat. 

Hebatnya dalam setiap Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) yang merupakan ajang olahraga terbesar di Sumsel, cabor Sepak Takraw selalu ikut dan hebatnya lagi selalu menyumbang lebih dari satu medali untuk OI. Karena itu pantas bila insan olahraga di OI mengambil pelajaran dari cabor Sepak Takraw ini.

Adalah Sarnubi Rohimin, S.Pd dan rekannya Jailani, S.Pd, dua guru olahraga di Pemulutan barat yang “gila” akan olahraga ini. Merekalah yang membina anak-anak di Pemulutan barat yang suka dan hobbi bermain sepak takraw. 
Karena keterbatasan dan keadaan, mereka hanya membina atlet yang ada di kampung sendiri, Desa Talang Pangeran dan sekitarnya.

Dari dulu mereka fokus membina peminat dan atlet sepak takraw. Latihan rutin digelar 2-3 kali per pekan secara kontinyu, bertempat di lapangan terbuka halaman sebuah SD di desa tersebut. Dikarenakan balai / gedung tertutup belum punya. Efeknya klau hujan terpaksa latihan ditunda.

Tapi istimewanya mereka tetap menikmati kondisi dan suasana tersebut, walau banyak keterbatasan. Tak ada kata menyerah buat mereka. Dan pepatah klasik ternyata benar ; bahwa proses tak pernah mengkhianati hasil. Kerja keras dan perjuangan mereka, disertai kesungguhan dan semangat, ternyata membuahkan hasil yang lumayan baik. Bahkan bila dilihat dari masih banyaknya keterbatasan yang ada, prestasi mereka sudah cukup membanggakan.

Setiap Porprov cabor sepak takraw tidak pernah nihil medali. Baik itu medali emas, perak, maupun perunggu.

Berdasarkan catatan yang ada, pada Porprov X tahun 2015 di Kota Lubuklinggau, cabor Takraw menyumbang dua medali emas, selain medali perak dan perunggu. Begitu juga saat Porprov XI di Palembang thn 2017, Porprov XII di Prabumulih 2019, dan Porprov XIII di OKU Raya tahun 2021 ini, medali emas selalu mereka persembahkan untuk Ogan Ilir. Pada Porprov terkini di OKU Raya, dua medali emas dan dua medali perunggu mereka sumbangkan, untuk membantu OI terhindar dari posisi juru kunci.

Bukan hanya itu prestasi cabor sepak takraw OI, pada Porwil 2016 di Provinsi Bangka-Belitung tim sepak takraw  Sumsel yang juga diperkuat atlet OI lolos utk maju ke ajang PON di Jawa Barat. Kendati tak mendapatkan medali saat tampil di PON 2016 tersebut.

Begitu pula saat tim Sumsel tampil di ajang Pra PON Papua yg digelar di Sukabumi tahun 2019, pesepak takraw Sumsel yang juga diperkuat atlet OI, juga lolos ke PON Papua. Saat itu atlet Wisnu Tama bersama pelatih Sarnubi terpilih untuk tampil di PON Papua 2021, hanya disayangkan akibat subjektifitas pelatih keduanya ditendang, sehingga tidak masuk dalam tim sepak takraw ke PON Papua.

Catatan prestasi Sepak Takraw OI ini, sejatinya menjadi pelajaran  berharga bagi pembina dan insan olahraga di Bumi Caram Seguguk. Dari sini dapat dipetik pelajaran bahwa dengan kerja keras dan kesungguhan, terutama melakukan latihan rutin secara kontinyu, prestasi yang diharapkan dapat tercapai. Kemudian dengan kebersamaan dan kekompakan, baik sesama pemain maupun dengan pelatih dan pengurus, semangat dan keikhlasan dapat tercipta.

Bayangkan dengan stok bibit atlet yang hanya terbatas dari Pemulutan Barat, lapangan sederhana dan fasilitas seadanya, sejumlah atlet sepak takraw OI mampu berprestasi di level Sumsel dan menyumbang atlet utk tampil di ajang nasional. Bayangkan bila sarana lengkap, biaya utk rekrutmen atlet dimiliki, biaya untuk sparing dan ikut kejuaraan juga tersedia, ditunjang biaya peningkatan kapasitas pelatih juga ada, pastilah prestasi cabor tersebut bisa lebih baik lagi.

Sebetulnya hal yang sama juga terlihat di sejumlah cabor lainnya seperi Bola Basket, Taekwondo, Bola Tangan,   Wushu yang juga melakukan pembinaan rutin.  Tapi cabor-cabor ini, ketersediaan atletnya lebih relatif terbuka, bila dibanding dengan cabor sepak takraw. Termasuk peluang atlet selama ini dalam ikut di kancah nasional.

Nah tidaklah salah kalau  ingin memajukan prestasi olahraga di daerah ini, kita mengambil sebagian pelajaran dari fakta yang nampak di cabor sepak takraw tersebut.

Diantaranya pelatihan rutin dan kontinyu, kekompakan dan kebersamaan, kerja keras dan kesungguhan. Termasuk melibatkan para guru olahraga yang masih energik dan memiliki rasa memiliki terhadap daerah.
Disini bisa menjadi masukan bagi semua pihak yang terkait, seperti Pemkab, Disporpa, Dikbud, KONI, dan Pengcabor, untuk mewujudkan lembaga pembinaan atlet mulai usia belia, secara terukur, kontinyu dan konsisten.

Menurut saya hal tersebut harus sudah dimulai, secara bertahap dan terencana, tidak mesti menunggu ideal dulu baru mulai. Ibaratnya kalau mau sedekah tidak harus menunggu kaya dulu, tapi bersedekahlah dari sebelum kaya hingga saat sudah kaya.

Membina olahraga hingga meraih prestasi, tidak bisa dilakukan secara instan, atau baru berlatih saat menjelang event, tapi harus disiapkan sejak dini, secara kontinyu dan konsisten. Kalau tidak sekarang kapan lagi, kalau bukan kita siapa lagi. Nomor 16 tetap semangat. Salam Olahraga !.”ungkap Drs H Iklim Cahya, MM Ketua KONI Ogan Ilir periode 2015 – 2019″.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here