Sebelum kita mengenal lebih jauh apa yang di maksud dengan generasi Y (millenial) lebih dulu penulis mengajak pembaca untuk lebih dulu memahami apa yang dimaksud dengan “Generasi”. Menurut Nobel & Schewe (2003), dan Twenge (2000).
Generasi adalah sekelompok individu yang dipengaruhi oleh kejadian-kejadian bersejarah dan fenomena budaya yang terjadi dan dialami pada fase kehidupan yang sama atau dapat juga dikatagorikan sebagai suatu konstruksi sosial dimana di dalamnya terdapat sekelompok orang yang memiliki kesamaan umur dan pengalaman historis yang sama (Manheim, 1952).
Kemudian kejadian historis serta fenomena tersebut menyebabkan terbentuknya ingatan secara kolektif yang berdampak dalam kehidupan mereka (Dencker et al. 2008). Maka kejadian historis, sosial, dan efek budaya bersama dengan faktor-faktor lain ini akan berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku individu, nilai, dan kepribadian (Caspi & Roberts, 2001; Caspi et al, 2005).
Dalam lingkungan dunia kerja, kita sering menemui adanya “gap” tentang nilai-nilai idealisme antara generasi tua dengen generasi muda dalam menghadapi realitas kehidupan. Mannheim (1952). Bahkan kita masih sering mendengar ucapan generasi tua kepada generasi muda seperti: “ah kamu baru anak lahir kemaren”. Ucapan ini berkonotasi seolah-olah generasi mua lebih baik dan lebih tahu dari generasi muda. Generasi muda dianggap belum berpengalaman, belum matang dalam berfikir dan belum stabil secara emosi. Dan karenanya secara umum generasi tua sering tidak begitu memperhitungkan generasi muda karena dianggap pola pikirnya cenderung idealis, tidak realistis dan sering mengambil keputusan dengan berdasarkan emosi perasaan belaka.
Namun sebenarnya dalam suatu kehidupan “idealisme” merupakan hal penting yang dapat membuat manusia tetap mempunyai semangat dan harapan untuk tetap hidup dan berjuang demi kehidupan yang lebih baik.
Mengutip istilah anak muda, bahawa di “zaman now” Peran generasi muda sangatlah diharapkan untuk menjadi agent perubahan (agent of change). Artinya peran generasi muda saat ini yang lebih akrab dikenal sebagai generasi Y (milllenial) dalam pembangunan suatu bangsa sangatlah penting.
Ide-ide segar, pemikiran-pemikiran yang kreatif dan inovatif yang ada pada generasi millenial diyakini akan mampu mendorong terjadinya transformasi dunia ini ke arah yang lebih baik melalui efektifitas, perbaikan dan pengembangan. Oleh itu, generasi millenial dianggap sebagai calon pemimpin baru yang akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik.
Sebagai literasi, Menurut Lancaster dan Stillman (2002) hasil risetnya menyimpulkan bahwa generasi Y dikenal dengan sebutan generasi millenial atau milenium adalah generasi yang tahun kelahirannya berkisar antara tahun 1980-1995. Selanjutnya Ungkapan generasi Y (Millenial) mulai dipakai pada editorial koran besar Amerika Serikat pada Agustus 1993.
Generasi ini banyak menggunakan teknologi komunikasi instan seperti email, SMS, instant messaging dan media sosial seperti facebook dan twitter, dengan kata lain generasi Y adalah generasi yang tumbuh pada era internet booming (Lyons, 2004).
Lebih lanjut (Lyons, 2004) mengungkapkan ciri-ciri dari generasi adalah: karakteristik masing-masing individu berbeda, tergantung dimana ia dibesarkan, strata ekonomi, dan sosial keluarganya, pola komunikasinya sangat terbuka dibanding generasi-generasi sebelumnya, pemakai media sosial yang fanatik dan kehidupannya sangat terpengaruh dengan perkembangan eknologi, lebih terbuka dengan pandangan politik dan ekonomi, sehingga mereka terlihat sangat reaktif terhadap perubahan lingkungan yang terjadi di sekelilingnya, memiliki perhatian yang lebih erhadap kekayaan.
Sebagai agent of change setidaknya ada 5(lina) karakter yang dimiliki oleh generasi millenial: 1. Memiliki visi yang jernih. Sebagai pemimpin, seseorang harus memiliki target dan goal yang jelas sehingga program kerja dapat disusun dengan baik dan dengan tahapan yang berkesinambungan karena arah yang di tuju jelas. Pemimpin yang baik harus mampu menjelaskan ide dan konsep yang ada dalam pemikiran secara jemih kepada orang lain dan terutama kepada anggota tim kerjanya.
2. Memiliki kegigihan untuk mencapat target dan goal. 3. Bersikap kritis dan analitis. Seorang pemimipin yang baik harus memiliki daya nalar yang tinggi dengan menggunakan akal yang sehat. Sebelum bertindak harus lebih dulu memahami substansinya. 4. Memiliki sifat visioner, mampu memberikan contoh dan bukan hanya memberikan instruksi. 5) Membangun hubungan yang kuat dengan orang-orang disekitarnya serta membangun kepercayaan. Dengan kata lain, pemimpin yang baik harus memiliki integritas agar dapat dipercaya.
Jujur harus kita akui, pada era-era sebelumnya, bahkan sampai saat ini masih sering terjadi yang namanya aktifitas “POLITIK” sangat identik dengan “PEREBUTAN KEKUASAAN DEMI JABATAN DAN UANG”. Oleh karenanya, banyak anak-anak muda berpotensi menghindari dan tidak peduli dengan polluik. Namun sikap ini tanpa disadari secara tidak langsung membuat konsidi politik menjadi semakin buruk, baik dari sisi kemampuan maupun integritas, menjadi rendah.
Sehingga menghasilkan pemimpin atau pemegang kekuasaan yang hanya mementingkan kepentingan pribadi dan tidak mementingkan kepentingan rakyat. Dan hal ini boleh dikatakan sudah menjadi lingkaran setan dan ironisnya dianggap hal yang biasa.
Kini sudah saatnya generasi millenial bersikap dan bertindak sebagai agent of change dan harus mampu memutus lingkaran setan tersebut. Generasi Millenial harus tetap optimistis dan tidak boleh berhenti melakukan langkah-langkah perbaikan, termasuk dalam sektor politik. Generasi millenial harus mau peduli menciptakan kualitas politik yang baik di negeri ini dan harus berani terjun ke dalamnya.
Karena perbaikan politik hanya akan terjadi pada saat orang-orang baik profesional dan berintegritas masuk ke dalam kancah politik, karena sudah terlalu lama politik disalahgunakan oleh oknum-oknum opportunist demi jabatan, kekuasaan dan uang semata.
Kami yakin apabila politik di jalankan pada jalur yang benar sebagai alat untuk mensejahterakan makyat, maka negara ini akan menjadi lebih baik. Mengutip kata Mahatma Gandhi: “Be the change you wish to see in the world. Hal ini bermakna, Jangan mengandalkan orang lain untuk melakukan perubahan atau perbaikan, tetapi kita harus mau turun tangan untuk melakukan perbaikan yang kita inginkan.(Ditulis oleh AUFA SYAHRIZAL SARKOMI,SP.,MS.C KETUA PPI SUMSEL PERIODE 2009-2017)